Sahabat Galeri Pustaka, melanjutkan pembahasan mengenai Cacing Platyhelminthes, setelah kemarin kita bahas mengenai
Ciri dan Cara Berkembang Biak Platyhelminthes, sekarang kita lanjutkan mengenai klasifikasi dari cacing tersebut. Platyhelminthes terbagi dalam tiga kelas, yaitu
Turbellaria (cacing berbulu getar),
Trematoda (cacing isap) dan
Cestoda (cacing pita). Berikut penjelasan dari masing-masing kelas.
Turbellaria (cacing berbulu getar)
Cacing anggota kelas ini umumnya hidup di air tawar yang jernih atau di tempat-tempat yang lembab, tetapi sebagian besar hidup di laut atau di dasar laut atau danau. Turbellaria umumnya bergerak dengan menggunakan gelombang silia yang terkoordinasi di atas jejak bening dan licin yang dikeluarkannya. Sebagian anggota kelas ini juga dapat berenang menggunakan kontraksi otot ritmik. Turbellaria tidak memiliki sistem transportasi serta tidak terdapat rongga antara usus dan dinding tubuh. Usus turbellaria hanya memiliki satu bukaan. Faring berfungi untuk mengantar makanan ke usus kemudian partikel makanan yang tidak dicerna dikeluarkan melalui mulut.
|
Contoh Turbellaria (Dugesia) (sumber : biodidac.bio.outtawa.ca) |
Sebagian besar anggota turbellaria merupakan predator, sedangkan sisanya merupakan herbivora, ektoparasit, dan pemakan bangkai. Turbellaria menggunakan protonefridia untuk pembuangan sisa metabolisme.
Turbellaria mendeteksi keadaan di lingkungan sekitarnya dengan statosis kemoreseptor, dan fotoreseptor. Hewan ini tidak memiliki mata yang dapat membentuk bayangan, tetapi banyak spesies memiliki sel pigemen dan fotoreseptor yang terkonsentrasi di titik mata. Turbellaria termasuk hermafrodit dan bertelur. Telurnya biasa disebut kokon. Sebagian turbellaria juga dapat berkembang secara aseksual, yaitu dengan pembelahan. Contoh anggota kelas turbellaria ialah Dugesia.
Trematoda (cacing isap)
Umumnya, trematoda hidup parasit pada manusia dan hewan. Tubuh trematoda tertutup oleh lapisan kutikula yang tidak bersilia. Mulutnya memiliki alat pengisap (sucker) yang dilengkapi dengan kait-kait untuk melekatkan diri pada tubuh inangnya. Beberapa contoh trematoda antara lain adalah sebagai berikut :
1. Fasciola
Fasciola atau cacing hati yang umum dikenal ada dua jenis yaitu Fasciola hepatica (hidup parasit pada hati domba) dan Fasciola gigantica (hidup parasit pada hati sapi).
Siklus hidup dan reproduksi Fasciola hepatica adalah sebagai berikut. Cacing dewasa yang bersifat hermafrodit bertelur di saluran empedu atau kantong empedu hewan ternak. Kemudian, telur akan keluar bersama feses. Telur menetas dan tumbuh menjadi mirasidium (larva bersilia). Mirasidium masuk ke tubuh siput air tawar.
Di dalam tubuh siput, mirasidium berubah menjadi sporokista (sporosis) yang kemudian secara partenogenesis akan menghasilkan redia. Redia secara parteogenesis juga kemudian tumbuh menjadi serkaria berekor. Serkaria keluar dari tubuh siput dan berenang kemudian menempel pada tumbuhan yang ada di sekitarnya, misalnya rumput. Serkaria kemudian berubah menjadi metaserkaria atau kista. Apabila metaserkaria termakan oleh hewan melalui tumbuhan tersebut maka metaerkaria akan tumbuh menjadi cacing muda di dalam tubuhnya kemudia bermigrasi ke saluran empedu lalu ke hati. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut ini.
|
Siklus hidup Fasciola hepatica
(sumber : dpd.cdc.goc) |
2. Clonorchis
Clonorchis sinensis merupakan cacing hati pada manusia. Siklus hidupnya sama dengan Fasciola hepatica, tetapi serkaria pada Clonorchis masuk ke dalam daging ikan air tawar yang berperan sebagai inang sementara.
3. Schistosoma
Cacing ini dikenal dengan cacing darah. Hidupnya parasit pada manusia, babi, biri-biri, hewan pengerat, dan hewan lainnya. Cacing dewasa hidup di dalam pembuluh vena. Tubuh cacing jantan lebar dan dapat menggulung sehingga dapat menutupi tubuh cacing berita yang ramping.
Cacing ini bertelur di dalam di dalam pembuluh vena kemudian bermigrasi ke poros usus (rektum) dan kantong air seni (vesica urinaria).Kemudian telur keluar melalui feses dan urine. Telur cacing yang keluar dari tubuh inang akan tumbuh menjadi mirasidium kemudia masuk ke dalam tubuh siput. Serkarianya berekor atau menembus kulit sehingga menyebabkan schistosomiasis. Penderita schistosomiasis biasanya mengalami nyeri badan, anemia, dan disentri. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut.
|
Siklus hidup Schistosoma
(sumber : dpd.cdc.gov) |
Cestoda (cacing pita)
Cacing pita juga merupakan parasit. Hewan dewasa sebagian besar hidup pada vertebrata, termasuk manusia. Tubuh cacing pita tertutup lapisan kutikula dan terdiri atas segmen-segmen (proglotid) serta sudah dapat dibedakan antara kepala (skoleks) dan tubuh (strobila). Bagian kepala (skoleks) terdapat alat pengisap yang sering kali memiliki kait sangat tajam untuk mengunci cacing saat melekat di usus inangnya. Contoh dari anggota cestoda ialah Taenia solium dan Taenia saginata.
Cacing pita tidak memiliki saluran pencernaan sehingga langsung menyerap makanan yang telah dicerna oleh inangnya. Setiap segmen proglotid memiliki alat perkemangbiakan. Semakin ke posterior, proglotid semakin melebar. Cacing ini bersifat hermafrodit dan setiap proglotid merupakan satu individu. Proglotid dewasa yang dipenuhi dengan ribuan telur dibebaskan dari ujung posterior cacing pita dewasa meninggalkan inang dewasa bersama feses. Feses tersebut akan mengontaminasi makanan atau air tempat inang perantara, seperti babi atau sapi dan telur cacing pita itu akan berkembang menjadi larva yang terbungkus dalam sista kemudian menempel di otot hewan tersebut.
Manusia terifeksi larva karena memakan daging kurang matang dan terkontaminasi sista. Cacing itu berkembang menjadi dewasa di dalam tubuh manusia. Cacing pita dewasa panjangnya dapat mencapai 20 m atau lebih sehingga dapat menyebabkan penyumbatan usus. Selain itu, cacing pita mengambil cukup banyak nutrien dari inang manusianya sehingga dapat menyebabkan defisiensi nutrisi.
Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut.
|
Siklus hidup Taenia
(sumber : www.paru.cas.c2) |
SUMBER REFERENSI :
Santoso, Imam. 2007. Biologi - Pelajaran Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Bekasi : Interplus