Galeri Pustaka
  • Home
  • Daftar Artikel
  • About
  • Kontak
  • Privacy Policy
  • Berlangganan
  • Follow Me !!
Home » Teknik Lalu Lintas » Manusia sebagai Unsur Pembentuk Lalu Lintas

Manusia sebagai Unsur Pembentuk Lalu Lintas

Lalu lintas merupakan pergerakan kendaraan (sarana) di prasarana sebenarnya meliputi seluruh moda yang ada seperti: moda jalan raya, moda jalan rel, moda angkutan laut dan sungai, dan moda angkutan udara. Dalam kajian ini, lalu lintas yang dibahas dibatasi hanya pada moda angkutan jalan raya atau lalu lintas jalan raya dan selanjutnya pemakaian istilah lalu lintas dimaksud adalah sebagai lalu lintas jalan raya.

Lalu lintas tersusun dari berbagai unsur yakni manusia sebagai pemakai jalan (road user yang dapat berfungsi sebagai : pengemudi, penumpang, dan pejalan kaki), kendaraan (vehicle), prasarana jalan (infrastruktur),  dan lingkungan (environment). Keempat unsur tersebut saling berinteraksi sehingga membentuk lalu lintas. Pada kesempatan ini yang akan kita bahas hanya terbatas pada manusia sebagai unsur pembentuk lalu lintas.

Manusia sebagai unsur pembentuk lalu lintas
(sumber : intisari-online.com)

MANUSIA SEBAGAI UNSUR PEMBENTUK LALU LINTAS
Manusia merupakan salah satu unsur dalam lalu lintas yang spesifik, artinya setiap individu mempunyai komponen fisik dasar tertentu dan nonfisik yang barangkali berbeda antara satu dengan yang lainnya dalam hal kemampuannya. Komponen tersebut meliputi pendengaran, penglihatan, tenaga, pendidikan, dan psikologis. Kombinasi dari komponen tersebut akan menghasilkan satu perilaku pengambilan keputusan yang berbeda pada saat menghadapi satu permasalahan lalu lintas.

Pengemudi
Karateristik Pengemudi (PIEV)
  • Perception. Suatu kesadaran akan adanya suatu obyek yang datang dari luar sehingga dibutuhkan suatu respon atau tindakan.
  • Intelection atau identification. Proses identifikasi atau interprestasi terhadap obyek.
  • Emotion atau decision. Penentuan sikap atas hasil telaah terhadap obyek tersebut, sehingga dihasilkan suatu kesimpulan akan tindakan apa yang perlu diambil, apakah harus berhenti, cukup mengurangi kecepatan saja, membelok ringan/membanting stir, menyalip, atau cukup membunyikan klakson).
  • Volition atau reaction. Suatu tindakan nyata yang dilakukan sebagai hasil dari keputusan tahap sebelumnya.
Waktu PIEV
Total waktu yang dibutuhkan oleh kendaraan mulai saat pengemudi melihat adanya suatu obyek, atau penghalang sampai dengan saat pengemudi melakukan tindakan nyata ataupun menginjak rem yang dilakukan secara berurut (sequence) pada proses PIEV. Waktu PIEV biasanya berkisar antara 0,2 – 1,5 detik, dan untuk keperluan disain ditetapkan 2,5 detik (AASHTO).

Faktor Pendengaran
Faktor pendengaran tidak begitu penting bagi pengemudi, namun akan sangat penting bagi pengguna jalan lainnya seperti pejalan kaki (pedestrian) dalam hal bunyi klakson, bunyi musik, atau juga bunyi mesin.

Perilaku Pengemudi
Kombinasi kondisi fisik dan psikologis seseorang akan menggambarkan suatu perilaku pengemudi. Perilaku pengemudi dapat dipelajari dari pengawasan yang ditail dari aksi pengemudi, tujuan pengemudi, dan kondisi psikologis dari pengemudi pada saat mengemudi di jalan raya. Informasi perilaku pengemudi dapat dikumpulkan dari intreaksi sesama pengemudi, interaksi pengemudi terhadap lingkungan jalan dan interaksi pengemudi dengan perlengkapan kendaraannya. 

Interaksi sesama pengemudi menciptakan suatu kondisi arus lalu lintas yang tertentu seperti  terbentuknya platoon, terjadinya gerakan menyiap, jarak bebas antar kendaraan, maupun distance headway yang ada dalam suatu arus lalu lintas. Sedangkan interaksi antara pengemudi terhadap lingkungan jalan bisa dilihat dari kepatuhan pengemudi terhadap rambu-rambu yang ada di sekitar jalan sebagai contoh kepatuhan pengemudi terhadap batas kecepatan yang diijinkan, menaikkan atau menurunkan penumpang pada tempatnya, melanggar marka jalan, ngetem di sembarang tempat, dan lain sebagainya. Interaksi pengemudi terhadap perlengkapan kendaraan antara lain bisa dilihat dari penggunaan lampu belok kanan atau belok   kiri, penggunaan bel, dan lain sebagainya.

Perilaku pengemudi akan menentukan kinerja lalu lintas yang terjadi, selain itu perilaku pengemudi diperlukan untuk mendisain alat kontrol kendaraan, rambu, dan efek obat terlarang dan minuman beralkohol terhadap kinerja pengemudi. Beberapa studi perilaku pengemudi yang dilakukan saat ini memberikan kontribusi terhadap pemahaman akan keselamatan (safety).

Penumpang
Penumpang  sebenarnya merupakan pihak yang pasif dalam suatu aliran lalu lintas, namun demikian mempunyai andil dalam penciptaan  ketertiban lalu lintas terutama pada angkutan / kendaraan umum (public transport) . Perilaku penumpang yang tidak tertib terhadap aturan  akan memperburuk kondisi lalu lintas. 

Penumpang yang baik akan memahami akibat yang akan terjadi terhadap tindakan yang diperbuatnya, misalkan menghentikan kendaraan di sembarang tempat sehingga kendaraan berhenti mendadak dan berada di tengah jalan atau bahkan di tengah simpang sehingga akan mengganggu kendaraan lainnya. Atau memerintahkan sopir untuk berhenti di tempat yang tidak layak sesuai dengan keinginannya agak dia tidak perlu berjalan kaki. Semua tindakan tersebut akan memicu terjadinya kemacetan dan bahkan mungkin kecelakaan. Memang sebenarnya sekalipun penumpang melakukan hal-hal tersebut tetapi pengemudi tetap dalam kondisi tertib, pelanggaran tidak akan terjadi.  Masalahnya sekarang ini pengemudi merasa takut akan kehilangan penumpang karena diserobot oleh kendaraan lain apabila tidak memenuhi keinginan penumpang. 

Kesimpulannya, pengemudi dan penumpang perlu diberikan pemahaman tentang bagaimana berlalu lintas yang baik agar keduanya dapat saling menjaga. Selain itu diperlukan tindakan hukum yang jelas terutama kepada para pengemudi yang melanggar agar ada efek jera.

Pejalan Kaki (Pedestrian)
Sama dengan penumpang sebenarnya merupakan pihak yang pasif dalam suatu aliran lalu-lintas, namun demikian mempunyai andil dalam penciptaan kelancaran arus lalu lintas terutama saat menyeberang jalan sehingga tidak menciptakan hambatan samping baru. Karakteristik utama pejalan kaki adalah berupa kecepatan tempuh yang sangat rendah sehingga perlu diperhitungkan secara teliti dalam perencanaan fasilitas untuk penyeberangan agar tidak mengganggu lalu lintas dan mengurangi kinerja jalan.


SUMBER REFERENSI :
Catatan Kuliah Rekayasa Lalu Lintas (September 2006). Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Suka Artikel Ini? Bagikan : Facebook TwitterGoogle+
Artikel Terkait "Manusia sebagai Unsur Pembentuk Lalu Lintas" :
Ditulis oleh Admin pada Jumat, 03 Mei 2013

0 Komentar untuk "Manusia sebagai Unsur Pembentuk Lalu Lintas"

Posting Komentar

Posting Lebih Baru
Posting Lama
Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Dapatkan Update Artikel Terbaru Lewat Email Kamu

Artikel Terbaru

Artikel Populer

  • Klasifikasi dan Siklus Reproduksi Jamur
  • Keuntungan dan Kerugian adanya Jamur
  • Definisi, Struktur dan Manfaat Wawancara
  • Bentuk dan Struktur Jamur
  • Bias dalam Pengumpulan Data
  • Rumah Tangga Keluarga sebagai Pelaku Ekonomi
  • Sistem Informasi Posyandu (SIP)
  • Bangunan Bagi dan Bangunan Bagi Sadap

Kategori Artikel

Bahasa Indonesia Biologi Blogging Ekonomi Ekonomi Teknik Geografi Hidrologi Internet Irigasi Jembatan Kesehatan Komunikasi Lanskap Lingkungan Listrik Manajemen Proyek Metode Penelitian Musik Pertanian Sosial Struktur Kayu Sungai Teknik Fondasi Teknik Lalu Lintas Transportasi Utilitas Gedung
Copyright © 2013 - 2018 Galeri Pustaka - All Rights Reserved
Template by Mas Sugeng - Powered by Blogger